Jika Merindukanmu Membuatku Merasa Dosa, Maka Perasaanku Berhenti Disini Saja
Bertemu
denganmu adalah momen terindah yang pernah terjadi dalam hidupku. Aku tak bisa
atau lebih tepatnya tak punya alasan untuk tak jatuh cinta kepadamu. Tawamu
yang renyah, rengkuhanmu yang hangat, dan perhatianmu yang seringkali membuatku
lupa daratan membuat hidupku jungkir balik tak karuan.
Namun,
bahagiaku tak bertahan lama. Jika di dunia ini ada hal yang mustahil untuk
kudapatkan, maka kamulah salah satunya. Ketimbang bertahan, lebih baik aku
memilih untuk mundur perlahan…
Suatu
ketika takdir dengan baik hatinya mempersilahkan kita berinteraksi berdua. Kamu
yang sedikit kutahu ternyata mampu membuat tawaku pecah. Sungguh, cukup dengan
banyolan sederhanamu, ruang hampa di hati ini perlahan berbunga. Kuperhatikan
tawamu yang renyah, juga lesung pipitmu yang manis.
Jatuh
cinta? Ahh, itu kesimpulan yang gegabah. Kurang dari 2 jam kita bicara. Secepat
itukah hatiku merasa?
Masih
dengan euforia kemarin, terselip doa agar kita bersua kembali. Dan rupanya
Tuhan pun mengizinkan. Kita kembali bertemu dan kamu memang pintar membuka
obrolan. Dari cerita peliharaan hingga sakit yang membuatmu trauma. Film, lagu,
sampai warna kesukaan pun tak lupa kita bicarakan. Diam-diam kuperhatikan kamu
yang sesekali bersenandung pelan. Senyumku menyembul melihat gayamu yang santai.
Mungkinkah
hari ini kembali terulang? Pun kalau tidak, ingin ku hentikan waktu dan
membingkai momen indah ini agar kuputar ulang. Kini, berinteraksi denganmu
selalu kutunggu hingga membuatku candu.
Seharian
ini konsentrasiku berantakan. Namamu selalu terlintas dalam benak. Dialog
percakapanku denganmu pun bersarang di kepala. Bahkan jika kuputar ulang pun
aku masih ingat semua. Orang sekitarku pun heran. Jangankan mereka, aku pun tak
tahu jawabannya.
Bohong,
aku tahu itu semua karena dirimu..
Lagu
cinta yang tak pernah kuputar kini mendadak menjadi langganan. Senyum-senyum
sendiri aku mendengarnya. Kalau dulu setiap malam kuhabiskan dengan menonton TV
atau film animasi favorit, kini semuanya kuliburkan. Kusiapkan secangkir teh
hangat dalam genggaman dan lagu romantis sebagai latarnya. Merenung sendiri
memandang bintang via jendela kamar. Berharap kamu pun melihat bintang yang
sama. Dan kuharap juga punya rasa yang sama. Duh, mendadak pipiku menyemu
merah.
Cinta
memang satu-satunya kata yang kadang tak butuh penjelasan dan alasan. Ia kadang
hanya membiarkanmu merasakannya.
Selang
berapa waktu aku tak lagi melihatmu. Terselip rindu di hati ini. Orang bilang
rindu itu harus dituntaskan. Memang benar, kusampaikan pesan pada Tuhan bahwa
aku ingin segera bertukar kisah denganmu. Atau setidaknya, aku hanya ingin
menikmati tawa renyahmu dan melihat lesung pipitmu.
Tuhan
memang baik dan selalu baik. Hari itu aku bertemu denganmu.
Tapi,
kulihat kamu menggenggam erat tangan sahabatku. Sontak aku sadar, kamu memang
tidak ditakdirkan untukku.
Detik
itu rasanya ingin kuputar ulang waktu. Hari di mana kita pertama kali bertemu.
Menghapus takdir kita hari itu. Dan mendadak aku malu dengan semua doaku pada
Tuhan. Ingin kutarik semua doaku pada-Nya. Tak ada yang bisa kulakukan selain
memaki diriku sendiri. Bodoh, kenapa bisa menaruh hati dengan pacar sahabatku
sendiri. Dari sekian juta lelaki di dunia ini kenapa harus kamu.
Menjauhimu dengan rindu yang terselip di hati…
Perkara
melupakanmu bukan hal yang mudah. Sungguh di luar batas logika. Kuputuskan
menyimpan rahasia ini. Dengan tetap terlihat biasa di hadapanmu dan sahabatku.
Satu hal yang kusyukuri aku belum sempat bercerita soal perasaan ini pada siapa
pun. Sepertinya semua akan baik-baik saja. Aku hanya butuh mengurangi interaksi
denganmu, menjauhimu.
Tapi
tak bisa kubohongi, masih terselip rindu untukmu di kalbu.
Cinta
memang tak bisa kita salahkan. Tapi kali ini pengecualian. Aku tak akan
mengganggu kebahagianmu dengan dia. Jika merindukanmu saja membuatku merasa
dosa. Maka jalan keluar satu-satunya adalah menutup perasaanku sampai di sini
saja.
Semoga
kamu dan dia selalu berbahagia. Biarkan aku menepi, mencari kebahagianku
sendiri.
Komentar
Posting Komentar